Para trader dan investor yang telah sukses dalam karirnya sebagian besar mendedikasikan pengetahuan dan waktunya guna mengembangkan dunia trading dan investasi seperti mendirikan perusahaan investasi, menjadi konsultan, komentator di berbagai media investasi dan bisnis, mengembangkan software trading, menulis buku, dan lain sebagainya. Kita bisa mengambil manfaat positif dari kisah perjalanan karir dan pandangan mereka tentang dunia trading dan investasi.
Carl Icahn - Negosiator ulung
Carl Celian Icahn adalah tokoh bisnis terkemuka Amerika Serikat yang berangkat dari seorang trader di pasar saham. Beliau adalah pendiri dan pemilik saham mayoritas perusahaan investasi besar Icahn Enterprises. Pada tahun 2008 nama Carl Icahn masuk dalam urutan 46 daftar orang terkaya dunia versi majalah Forbes. Pada usianya yang ke 77 tahun 2013 ini, Icahn masih aktif melakukan kegiatan investasi di pasar saham. Tahun lalu hasil kumulatif investasi pribadi dan para karyawannya masih menghasilkan profit 20%. Ia dikenal sebagai negosiator ulung dalam melakukan transaksi besar. DiWall Street ada istilah "Icahn Lift" untuk menyebut trend harga saham yang berbalik naik ketika Carl Icahn mulai membeli saham perusahaan tersebut.
Lahir di Brooklyn dan tumbuh di Queens, New York, Carl Icahn mengenyam pendidikan ilmu filosofi di Princeton University dan sempat kuliah di Fakultas Kedokteran New York University's School of Medicine. Ia kemudian bekerja di perusahaan broker saham Dreyfus & Company selama 7 tahun sebelum trading options dengan modal sendiri di New York Stock Exchange (NYSE). Tak lama kemudian ia mendirikan Icahn & Co., sebuah perusahaan sekuritas yang fokus pada resiko arbitrase dan options trading.
Pada akhir tahun 1970-an, Icahn mulai melakukan pembelian dalam jumlah besar pada saham-saham tertentu. Dengan negosiasi yang cukup alot dan cenderung bermusuhan, pada tahun 1985 perusahaannya berhasil mengambil alih TWA. Menyusul kemudian beberapa perusahaan besar seperti RJR Nabisco, Texaco, Phillips Petroleum, Western Union, Gulf & Western, Viacom, Revlon, Fairmont Hotels, Blockbuster, Kerr-McGee, Time Warner dan Motorola. Tahun ini Icahn juga membeli sebagian saham Herbalife, sebuah perusahaan supplement makanan.
Icahn tidak mengenal pensiun. Ketika wawancara dengan Time Magazine Icahn mengatakan bahwa ia tetap kompetitif dan tak ingin pensiun dengan hanya bermain golf di Florida. "Saya ingin memperoleh profit. Tak ada yang salah dengan itu, dan itulah yang ingin saya lakukan, dan saya menikmatinya." kata Carl Icahn yang pada Pebruari lalu memperoleh penghargaan sebagai salah seorang dari 40 hedge fund manager yang berpenghasilan tinggi itu.
Strategi investasi Icahn adalah mengincar perusahaan yang nilai sahamnya ditaksir dibawah harga normalnya (undervalued). Ketika pergerakan harganya sedang downtrend, dan sebagian besar investor melakukan aksi jual, ia membelinya. Ia kemudian melakukan akumulasi saham hingga jumlahnya mencukupi untuk mengincar posisi pada jajaran direksi. Biasanya ia melakukan penggantian CEO atau memecah perusahaan tersebut menjadi beberapa bagian dan menjualnya secara terpisah. Dengan caranya ia berhasil meyakinkan para investor untuk membeli saham tersebut hingga harganya terus naik.
"Para CEO dibayar mahal untuk mengatasi keadaan yang gawat dan kurang menguntungkan. Jika sistemnya selalu berjalan mulus, orang-orang seperti saya tidak akan bisa memperoleh profit." kata Icahn yang juga dikenal sebagai donatur beberapa yayasan pendidikan dan riset kesehatan di New York.
Carl Celian Icahn adalah tokoh bisnis terkemuka Amerika Serikat yang berangkat dari seorang trader di pasar saham. Beliau adalah pendiri dan pemilik saham mayoritas perusahaan investasi besar Icahn Enterprises. Pada tahun 2008 nama Carl Icahn masuk dalam urutan 46 daftar orang terkaya dunia versi majalah Forbes. Pada usianya yang ke 77 tahun 2013 ini, Icahn masih aktif melakukan kegiatan investasi di pasar saham. Tahun lalu hasil kumulatif investasi pribadi dan para karyawannya masih menghasilkan profit 20%. Ia dikenal sebagai negosiator ulung dalam melakukan transaksi besar. DiWall Street ada istilah "Icahn Lift" untuk menyebut trend harga saham yang berbalik naik ketika Carl Icahn mulai membeli saham perusahaan tersebut.
Lahir di Brooklyn dan tumbuh di Queens, New York, Carl Icahn mengenyam pendidikan ilmu filosofi di Princeton University dan sempat kuliah di Fakultas Kedokteran New York University's School of Medicine. Ia kemudian bekerja di perusahaan broker saham Dreyfus & Company selama 7 tahun sebelum trading options dengan modal sendiri di New York Stock Exchange (NYSE). Tak lama kemudian ia mendirikan Icahn & Co., sebuah perusahaan sekuritas yang fokus pada resiko arbitrase dan options trading.
Pada akhir tahun 1970-an, Icahn mulai melakukan pembelian dalam jumlah besar pada saham-saham tertentu. Dengan negosiasi yang cukup alot dan cenderung bermusuhan, pada tahun 1985 perusahaannya berhasil mengambil alih TWA. Menyusul kemudian beberapa perusahaan besar seperti RJR Nabisco, Texaco, Phillips Petroleum, Western Union, Gulf & Western, Viacom, Revlon, Fairmont Hotels, Blockbuster, Kerr-McGee, Time Warner dan Motorola. Tahun ini Icahn juga membeli sebagian saham Herbalife, sebuah perusahaan supplement makanan.
Icahn tidak mengenal pensiun. Ketika wawancara dengan Time Magazine Icahn mengatakan bahwa ia tetap kompetitif dan tak ingin pensiun dengan hanya bermain golf di Florida. "Saya ingin memperoleh profit. Tak ada yang salah dengan itu, dan itulah yang ingin saya lakukan, dan saya menikmatinya." kata Carl Icahn yang pada Pebruari lalu memperoleh penghargaan sebagai salah seorang dari 40 hedge fund manager yang berpenghasilan tinggi itu.
Strategi investasi Icahn adalah mengincar perusahaan yang nilai sahamnya ditaksir dibawah harga normalnya (undervalued). Ketika pergerakan harganya sedang downtrend, dan sebagian besar investor melakukan aksi jual, ia membelinya. Ia kemudian melakukan akumulasi saham hingga jumlahnya mencukupi untuk mengincar posisi pada jajaran direksi. Biasanya ia melakukan penggantian CEO atau memecah perusahaan tersebut menjadi beberapa bagian dan menjualnya secara terpisah. Dengan caranya ia berhasil meyakinkan para investor untuk membeli saham tersebut hingga harganya terus naik.
"Para CEO dibayar mahal untuk mengatasi keadaan yang gawat dan kurang menguntungkan. Jika sistemnya selalu berjalan mulus, orang-orang seperti saya tidak akan bisa memperoleh profit." kata Icahn yang juga dikenal sebagai donatur beberapa yayasan pendidikan dan riset kesehatan di New York.
Sumber :
www.investopedia.com
www.forbes.com