Ads 468x60px

Wednesday, January 2, 2013

Jesse Livermore


Jesse Lauriston Livermore (1877-1940) adalah legenda pasar saham, dikenal sebagai ‘Raja Spekulator’ (Speculator King) dan ‘great bear of Wall Street’ karena meraup keuntungan yang sangat besar saat pasar Wall Street bearish dalam crash yang terjadi tahun 1907 dan 1929. Walau demikian Livermore bukan spekulan untung-untungan seperti penjudi. Ia penuh perhitungan dalam menentukan timing dan money management, serta mahir dalam mengendalikan emosinya. Dimasa itu analisa teknikal belum seluas dan secanggih sekarang, namun Livermore telah menerapkan analisa formasi pola pergerakan harga (price patterns), teknik memaksimalkan keuntungan dengan pyramiding dan analisa trend pergerakan harga dengan kaidah ‘cut losses, let profits run

                                 

Lahir di Massachusetts, Jesse Livermore yang dikenal sebagai trader misterius ini mulai mengenal pasar saham di usia 14 tahun ketika ia melarikan diri dari rumah dengan hanya berbekal US$ 5 disaku. Ia kemudian bekerja sebagai operator merangkap kurir pada broker saham Paine Webber di Boston. Livermore sering menang taruhan dalam menebak naik turunnya harga saham-saham blue chip hingga seorang teman mempercayainya untuk mengelola sejumlah dana di pasar saham. Pada usia 15 tahun ia telah meraup keuntungan bersih US$ 1,000 (atau setara dengan US$ 23,000 sekarang) dan setelah terus menerus memperoleh keuntungan, beberapa tahun kemudian Livermore hijrah ke New York City untuk serius trading dengan modalnya sendiri di salah satu broker di Wall Street. Disinilah ia menemukan cara-cara trading yang efektif di pasar saham seperti yang ditulis dalam bukunya ‘How to Trade in Stocks’.
Saat terjadi crash di pasar Wall Street tahun 1907, Livermore berhasil menyabet profit sebesar US$ 3 juta dalam sehari hanya karena pasar yang sedang panik. “Tidak ada yang baru di Wall Street. Trader atau spekulan tetap saja demikian, tidak ada yang baru. Spekulasi sama tuanya dengan usia gunung dan bukit. Yang terjadi di pasar saham sekarang telah pernah terjadi sebelumnya dan akan terjadi lagi besok. Tidak ada yang baru. Masuk pasar hanya saat pasar trending, jika bullish Anda harus buy, jika bearish masuk posisi sell. Cuma cara itu yang bisa menghasilkan keuntungan yang sebenarnya…” kata Livermore yang dijuluki trader misterius karena aktivitas tradingnya dilakukan secara rahasia disebuah kantor pribadinya di Fifth Avenue, New York.

Walau demikian, Livermore juga sering mengalami kerugian. Ia mengklaim bahwa semua kerugian yang dialami adalah akibat ketidak-patuhannya pada aturan dan rencana trading yang telah disepakati. Walau demikian menurut Livermore hal itu tidak bisa dihindarkan kecuali Anda bisa trading dengan tanpa emosi sama sekali.
Beberapa aturan trading Livermore yang banyak digunakan hingga sekarang antara lain: tidak masuk pasar ketika kondisi pasar sideways atau arah trend tidak jelas, menerapkan pivot point daily untuk mengetahui arah pergerakan harga, selalu menunggu konfirmasi baik dari segi teknikal maupun fundamental sebelum benar-benar melakukan order buy atau sell, selalu menggunakan stop loss (menentukan resiko), dan exit hanya bila trend berbalik arah (reverse). Selain itu, saat pasar bullish Anda mesti trade pada saham-saham yang sangat kuat, dan saat pasar bearish Anda harus masuk pada saham-saham yang paling lemah, hindari saham-saham yang ‘ragu-ragu’ atauambiguous. Jangan pernah melakukan teknik averaging down pada posisi yang sedang merugi.

Lagi-lagi, saat terjadi crash di pasar Wall Street tahun 1929 akibat resesi yang berkepanjangan, Livermore berhasil mencetak keuntungan sebesar US$ 100 juta cash, kali ini dengan timing dan momentum yang tepat plus money management yang bagus. Menurut Jesse Livermore, 3 hal utama yang menyebabkan kerugian adalah kurang matangnya pengetahuan trader mengenai instrument pasar, aturan trading (metode dan strategi) yang tidak tegas dan pelanggaran terhadap aturan yang telah disepakati.

Seperti cara tradingnya yang misterius, gaya hidup pribadi Jesse Livermore yang 3 kali menikah dan cenderung mewah itu juga penuh misteri. Dengan tanpa alasan yang jelas Livermore bunuh diri di sebuah hotel di Manhattan dengan meninggalkan US$ 5 juta pada tahun 1940.


Sumber : investopedia.com